Pengalaman Jadi Dropshiper

Gambar terkait
tutellus.com

Pada kali ini, saya akan membahas tentang pengalaman saya selama menjadi Dropshiper dan sudah berjalan berapa lama.

Saya berkecimpung menjadi Dropshiper. Sebenarnya sebelumnya saya tidak suka dengan yang namanya jualan, baik itu secara offline maupun online.

Tapi, di dalam hati saya seraya berkata, “Saya itu tidak mau menjadi seorang Karyawan”. Karena, dari beberapa kasus yang saya dapatkan, bahwa seorang karyawan itu:

  1. Capek
  2. Tidak bebas
  3. Tidak ada waktu untuk keluarga
  4. Susah mencari waktu luang
  5. Dst.

Kasus-kasus seperti itu saya dapatkan dari beberapa teman saya yang sudah lama menjadi seorang Karyawan. Tapi, yang saya heran itu, kenapa mereka tidak mau membuka usaha sendiri, misalnya seprti Jualan ataupun sebagainya, intinya tidak usah jadi Karyawan lagi kalau memang tidak mau merasakan hal tersebut.

Padahal kalau mereka memang benar-benar mau bebas, dalam artian mempunya waktu luang dan bisa menyempatkan waktunya bersama keluarga, mereke tinggal Resign aja beres kan permasalahan di atas, hehehe :).

Daftar isi Konten

Sejak Kapan Menjadi DROPSHIPER

Pixabay.com

Sejak bulan April tahun 2017 saya mulai belajar berbisnis online sebagai seorang Dropshiper.

Pertamakali saya belajar itu sangat merasa kebingungan, dan saya memiliki banyak sekali pertanyaan, seperti:

  • Prodak apa yang akan saya jual?
  • Apakah harus punya prodak sendiri?
  • Bagaimana cara memasarkan prodak tersebut?
  • Bagaimana cara supaya cepat closhing?
  • Bagaimana cara berbicara dengan calon pembeli?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang membuat saya pusing karena pada dasarnya saya ini sangat Gaptek. Dari banyaknya pertanyaan tadi Alhamdulillah teman saya mau menjelaskan dan mengajarkan saya hingga bisa.

Dengan penuh kesabaran, teman saya itu terus mengajarkan dan menjelaskan saya, padahal kalau posisi saya menjadi dia mungkin saya sudah melambaikan tangan ke arah Camera, hehehe :).

Prodak Apa Yang Saya Jual

  • Jam tangan

Prodak pertama yang saya jual itu di mulai dari jam tangan. Kenapa saya memilih jam tangan? Karena pada waktu itu saya sedang gila-gilanya Koleksi  jam tangan.

Pixabay.com

Setiap punya uang di atas 100.ribu, pasti saya langsung buka Aplikasi Marketplace untuk membeli jam tangan baru. Dari sinilah saya memulai bisnin saya dengan menjual jam tangan, walaupun hanya seorang Dropshiper.

Untuk mencari prodaknya, saya menggunakan Marketplace, seperti Buka lapak, Tokopedia dll.

Ketika sudah mendapatkan prodaknya, saya langsung menghubungi pemilik toko tersebut, atau bisa dibilang seorang Supplier, jadi buat kalian yang belum tau apa itu Supplier, disini sambil saya jelaskan.

Supplier adalah pemilik toko tersebut, bisa juga dibilang sebagai ownernya. Nah, jelaskan!

Singkat cerita sudah hampir berjalan 2 bulan saya sedikit kecewa, karena belum ada yang beli prodak yang saya jual itu, lalu saya berfikir “apa ada yang salah dengan cara yang saya lakukan”.

Waktu itu saya menjualnya di Instagram, akun tersebut saya khususkan hanya untuk jualan saja. ok saya lanjut lagi ceritanya.

Setelah itu, saya konsultasikan kepada teman saya, karena dia yang lebih paham dan pengalaman dia berjualan online juga sudah cukup lama.

Ketika saya ceritakan permasalahan saya, dia pun menjawab seperti ini “Kalo mau jualan kamu dilirik banyak orang, hal yang perlu diperhatikan jumlah postingan yang kamu posting, kalau postingan kamu belum sampai 100 postingan, kalau bisa jangan follow orang terlebih dahulu”.

Nah, setelah saya mendapatkan masukan dari dia seperti itu, saya baru paham, ternyata kesalahan yang saya lakukan itu adalah akibat dari memfollow orang, padahal postingan instagram saya baru 5 foto yang saya upload.

Jadi, inti dari nasihat yang saya pahami itu bahwasanya, seorang pembeli itu tidak akan percaya kepada penjual di instagram yang postingan nya masih dibawah 100 foto. Minimal foto yang harus kita upload berjumlah 100 foto.

Akan tetapi setelah itu saya sudah merasakan kebosanan, jadi saya putuskan untuk mengganti prodak yang saya jual tadi.

  • Baju batik

Hasil gambar untuk baju batik
butik anak

Dari berjualan jam tangan, kemudian pindah Profesi menjadi penjual Baju batik. Sayapun mencari supplier lagi di Buka lapak. Cara mencari Suppliernya masih sama seperti pas saya sedang mencari supplier jam tangan.

Setelah dapat, kemudian saya chatan dengan supplier itu seperti itu di Buka lapak seperti ini:

“Assalamualaikum?”

“Walaikum salam”.

“Boleh jadi Dropshipnya tidak?”

“Boleh banget mas”.

“Nanti ordernya boleh via WhatsApp tidak?”

“Boleh mas”.

“Untuk pengirimannya dari daerah mana ya?”

“Pengiriman dilakukan dari daerah pekalongan mas”.

Singkat cerita, saya pun melanjutkannya chatannya menggunakan WhatsApp, sekaligus meminta foto batik yang statusnya masih Ready.

Dikirimlah foto-foto batik yang ready tersebut ke WhatsApp saya, kemudian saya buatkan akun Instagram yang baru lagi.

Setelah itu, saya langsung upload 100 foto dalam waktu 1 malam, saking semangatnya, saya pun tidur tengah malam, demi sebuah pencapian target, hehehe :).

Alhasil, sayapun bangun kesiangan akibat upload foto hingga larut malam.

Di hari pertama itu, hal yang saya lakukan adalah memfollow akun instagram orang sesuai target pasar. Cara yang saya lakukan adalah dengan menggunakan kekuat Hastag. Karena dari situlah cara paling mudah untuk mencari target pasarnya.

Berikut adalah hal-hal yang saya lakukan di hari pertama jualan Batik:

  1. Follow orang sesuai target pasarnya
  2. Spam Like disetiap postingan mereka
  3. Upload foto 3 kali dalam sehari
  4. Upload story instagram
  5. Dsb.

Dari hal-hal yang saya lakukan diatas, ternyata membuahkan hasil dan mendapat Respon balik darinya. Diapun bertanya-tanya tentang prodak saya. Permasalahannya, saya masih belum bisa menjawab yang baik kepada calon pembeli itu.

Akibat dari komunikasi yang salah tersebut, dia pun tidak membalas chatan saya, dan membiarkannya begitu saja.

Kemudian dari hal tersebut tidak membuat saya menyerah, justru malah semakin penasaran. Setelah itu saya konsultasikan lagi dengan teman saya yang lebih berpengalam.

  • Pertamakali closing

Dari situ saya belajar mengenai cara tehnik closing, dari situ pula saya diajarkan, bagaimana cara berbicara yang baik dan benar kepada calon pembeli.

Setelah diajarkan cara tadi, sayapun langsung mempraktekannya kepada calon pembeli, yang pada saat itu dia chat saya melalui WhatsApp.

Tidak sia-sia apa yang saya pelajari itu tadi, sayapun mendapatkan respon yang baik dari calon pembeli. Kemudian diapun membeli prodak apa yang saya jual itu, sekaligus menjadi pembeli pertama saya.

Seiring berjalannya waktu, sayapun semakin terbiasa dalam hal berbicara kepada calon pembeli.

Dari berbagai daerah membeli batik saya, pengiriman yang saya lakukan itu sudah hampir keseluruh penjuru Indonesia, mulai dari pulau jawa, sumatera, kalimantan, sulawesi, bali, sampai maluku dan papua. Bahkan sudah tembus pula ke Malaysia.

Hubungan saya dengan Supplier batik itu bagaikan anak dan ibu sendiri.

Ternyata benar, usaha yang kuat akan mendapatkan hasil yang baik, semua tergantung seberapa tekun usaha yang kita lakukan selama masa perjuangan.

Inilah pengalaman saya. Jika kalian suka dengan tulisan ini, silahkan beri komentar yang positif :).

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: