Pengalaman Masuk Pondok

 

website ponpes al-quraniyyah

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Segala puji serta rasa syukur saya atas karunia yang telah Allah berikan kepada saya, sehingga saya dapat dimudahkan dalam penulisan artikel pertama saya ini. Sholawat serta salam kepada Nabi kita tercinta yaitu Nabi Muhammad Saw. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya beliau, aamiin.

Cerita yang akan saya bahas ini mungkin tidak asing lagi ditelinga teman-teman sekalian, dan tidak semua orang seusia saya bisa merasakan mondok atau bahkan ada juga yang sudah lebih dahulu merasakan pengalaman mondok seperti saya.

kira-kira pengalaman seperti apa yang  ingin saya ceritakan ini hehehe. Baik kalau temen-temen penasaran, saya percepat langsung ke pembahasannya aja deh.

Daftar isi Konten

Proses Pendaftaran

 

nusantaraNews

Proses pendaftaran ketika saya mau masuk pesantren itu kebetulan ada teman saya yang pada saat itu dia juga pernah nyatri di pondok yang saya ingin masuk tersebut.

Kemudian saya minta bantuan sama teman saya itu untuk minta diambilkan formulir pendaftarannya karena posisi teman saya itu sedang berada di pondok tersebut, lalu di ambilkan formulir tersebut dan diberikan kepada saya untuk saya isi, dan alhamdulillah pengisian formulir pendaftaran pun telah selesai.

Setelah saya isi formulir tersebut kemudian saya serahkan kepada pihak pondok pesantren yang pada saat itu saya sempatkan datang hanya untuk membirkan formulir yang telah saya isi dengan lengkap tadi, pondok tersebut berada di daerah pondok aren tangerang selatan.

Singkat cerita kemudian saya harus menunggu beberapa hari untuk mengikuti tahap selanjutnya yaitu tahap Seleksi.

Kira-kira seperti apa sih tahap seleksi yang saya akan saya lakukan itu?. Silahkan baca cerita selanjutnya.

 

Proses seleksi

Pixabay.com

Pada tahap seleksi pertama ini saya di tes Baca Al-Qur’an juz 30, lokasi tes nya pada saat itu di bagian aula pondok pesantren, surat yang saya baca pas tes itu kalau tidak salah yaitu surah An-nazi’at. Surat tersebut posisi nya terletak sebelum surat An-naba dan setelah surat Abasa hehehe :).

Ketika hendak di tes bacaan al-qur’an tadi itu, saya merasa sedikit agak pede karena saya sebelumnya sudah latihan baca al-qur’an kebetulan juz 30 yang saya sering baca, tujuannya si agar pas saya di terima masuk pondok saya tidak kaget lagi dengan bacaan al-qur’an saya.

Setelah tes baca qur’an selesai, saya langsung lanjut untuk melakukan tes yang ke 2 yaitu tes akademik.

Pada tes ini alhamdulillah saya sempat merasakan sedikit pusing, karena saya ini lemah dalam bahasa inggris jadi saya sedikit ngasal dalam pengisian bahasa inggrisnya, untuk pelajaran yang lain alhamdulillah tidak ada masalah.

Kemudian berakhirlah semua tes yang telah saya ikuti tadi, selanjutnya saya langsung packing barang-barang yang telah saya bawa dari rumah itu untuk di bawa kedalam asrama pondok.

Lalu kaka dan ibu saya menemani saya hingga masuk kedalam asrama sambil merapihkan pakaian saya ke dalam lemari.

Setelah selesai merapihkan pakaian, ibu dan kaka saya pun hendak pamit untuk balik ke rumah dan meninggalkan saya di pondok pesantren dengan rasa ikhlas. Sebenernya saya sedikit agak sedih menulis artikel ini karena ibu saya telah wafat pada bulan 19 oktober 2018 dan teringat kembali masa-masa itu.

Singkat cerita, kemudian saya mencoba untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungan baru saya yang akan saya lanjutkan ceritanya di bawah ini :).

Proses Adaptasi

negri santri
  • Perkenalan Diri Kepada Teman Baru

Kenapa saya mulai dengan perkenalan diri? Yaps betul sekali, karena kalau tidak punya temen itu rasanya seperti hidup sendiri di tengah keramaian hehehe.

Karena pada saat itu juga kehidupan baru saya telah dimulai, mau tidak mau saya mencoba memberanikan diri untuk memperkenalkan nama saya kepada temen-temen baru saya.

Seperti perkataan pepatah “Tak kenal maka tak sayang.” Secara tidak sadar buah dari perkenalan tersebut ternyata berdampak baik bagi diri saya pribadi.

Ternyata penyebab dari beberapa kasus santri yang tidak betah waktu saat di pondok itu disebabkan oleh mereka sendiri, kenapa bisa? Karena ketidak mauan mereka untuk memperkenalkan dirinya “malu.”

Jadi saran saya untuk temen-temen jika ingin masuk pondok pesantren jangan sampai menutup diri, kita harus bisa bergaul dengan teman yang baik, karena tidak semua anak santri itu baik semua, biasanya ada aja orang yang tidak senang dengan kita, pintar-pintarlah dalam memilih teman.

Seiring berjalannya waktu, saya dan teman-teman baru saya akhirnya bisa akrab semua dengan baik tanpa ada perbedaan.

Kehidupan baru dipondok ini membuat saya nyaman, karena banyak teman baru dan mereka juga satu frekuensi dengan saya. Tak hanya itu. Yang paling membuat saya senang itu ketika :

  • Shalat berjamaah
  • Ngaji bareng
  • lingkungan yang mendukung
  • Suasana yang nyaman
  • Temen yang tidak meninggalkan shalat
  • Main bareng
  • Dll.

Semua itu saya lakukan bersama-sama, dari kebersamaan itulah yang membuat saya ingin kembali menjadi santri lagi, hal seperti ini tidak akan saya dapatkan kalau saya tidak masuk pondok.

  • Adaptasi Terhadapan Lingkungan disekitar

Kali ini saya akan memebahas ketika saya beradaptasi terhadap lingkungan di sekitar pondok pesantren.

Menurut saya hal ini sangat penting banget untuk dilakukan, karena kan kita sebelumnya sudah terbiasa dengan lingkungan keluarga di rumah kita, lalu kita masuk ke pesantren dengan keadaan lingkungan yang berbeda. Jadi hal ataupun kebiasaan yang sering kita lakukan di rumah itu harus kita tinggalkan, seperti :

  • Kebiasaan di bangunkan saat tidur
  • Kebiasaan di cucikan pakaian oleh orang tua
  • Kebiasaan merapihkan pakaian di lemari
  • Dan kebiasaan lainnya

Kebiasaan seperti itu wajib kita tinggalkan, kemudian kita buka lembaran baru untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik lagi, karena kebiasaan yang baik akan menimbulkan dampak yang baik pula bagi diri kita.

Ayo sama-sama kita rubah kebiasaan buruk kita dan menggantinya dengan kebiasaan yang baik

Kelulusan

rizal firdaus

Inilah waktu yang paling di tunggu-tunggu yaitu kelulusan. Susah dan senang saya lalui bersama teman seperjuangan saya selama jadi santri, mulai dari:

  • Makan bersama
  • Melakukan hal baik bersama
  • Pernah di hukum bersama
  • Mengurusi santri bersama
  • Dll.

Suka dan duka tersebut saya pernah lalui bersama teman saya tercinta di pondok pesantren. Tak lupa juga kepada Ustadz dan guru-guru tercinta lainnya.

Selanjutnya kami sudah mulai menghadapi ujian Munaqosyah. Ujian tersebut adalah sebagai salah satu syarat kelulusan kami selama di pondok, ujian tersebut adalah ujian yang sangat di takuti oleh para santri, karena semua kemampuan kita selama belajar itu bakal ketauan hasilnya.

Jika kita tidak bisa membaca kitab, ilmu tajwid dan ilmu qiro’at sab’ah itu pasti sangat malu, karena kita disuruh maju satu-persatu untuk di tes sejauh mana kemampuan kita selama belajar. Dan di tes nya itu bukan di ruang tertutup, akan tetapi di ruangan terbuka kami di tesnya.

Tidak hanya itu, seluruh santri putra dan putri pun ikut serta dalam tes itu supaya buat gambaran mereka bahwa suatu saat dia juga akan mengalami hal yang sama seperti apa yang sudah saya rasakan.

Dan pada akhirnya tes tersebut sudah kami lewati bersama, singkat cerita kami pun akhirnya di wisuda dan resmi menjadi alumni pondok pesantren al-qur’aniyyah.

Jadi itulah sedikit banyaknya pengalaman saya waktu mondok. Beri saya masukan dengan meninggalkan komentar :).

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: